Awas !! Orang-orang tidak kompeten, bodoh dan tidak bermoral akan memimpin negeri ini

Menjelang Pemilu legislatif dan Pemilu Presiden tahun 2009 ini, terjadi ” tsunami” informasi tentang masing-masing calon. Reklame-reklame politik bertebaran, selebaran, wawancara dan debat politik hingga penerbitan buku tebal yang menggambarkan karir, prestasi, watak dan harapan masing-masing tokoh merupakan santapan masyarakat setiap hari. Ada yang menepuk dada menceritakan pengalaman dan jasa-jasa sepanjang karirnya dan ada pula yang memperlihatkan bahwa mereka telah siap dengan kebijakan –kebijakan yang matang untuk memperbaiki kehidupan bangsa dan negara.

Memahami fenomena ini, patut dipertanyakan apakah tokoh-tokoh yang telah mengumbar janji – janji ini telah mengkaji masalah negara dan bangsa secara mendasar. Dimana sesungguhnya kerusakan bangsa dan negara ini, maka sulit maju dan berkembang dan tetap tinggal sebagai negara terbelakang yang banyak utang.

Akar masalah dinegeri ini adalah di bidang budaya. Ya semua masalah di negeri ini berakar dari kerusakan budaya. Kerusakan budaya telah terjadi selama 30 tahun pemerintahan ORBA. Ideologi pembangunan telah membawa malapetaka bagi bangsa Indonesia.Demi pembangunan, pemerintah Orde Baru telah menghancurkan semua institusi-institusi hukum, politik dan institusi lainnya yang independen agar dapat berkuasa tanpa kesulitan. Parahnya kerusakan budaya bangsa Indonesia tidak dapat dibenahi dalam waktu singkat.

Dalam era Reformasi ditumbuhkan budaya demokrasi. Budaya demokrasi adalah ruh demokrasi. Bila demokrasi berjalan tanpa ruh (spritualitas), maka demokrasi akan berkembang liar dan akan memangsa dirinya sendiri. Menurut Sokrates, Pemerintahan oleh rakyat memberi kemungkinan negara diatur oleh orang-orang yang tidak kompeten, orang-orang bodoh dan tidak bermoral. Siapa yang naik panggung tanpa persiapan akan turun tanpa penghormatan.

Pertanyaan selanjutnya, apa yang diperlukan bangsa ini ?, ya reformasi budaya. Reformasi budaya diperlukan untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan baru. Nilai-nilai lama harus dirubah dan nilai-nilai baru harus segera ditetapkan. Nilai-nilai yang diperlukan dewasa ini diantaranya adalah nilai kecepatan dan nilai sosial yang harmonis.

Dunia sekarang telah berubah. Pasar telah berubah. Strategi kita dalam menyikapinya harus pula berubah. Reformasi budaya adalah sebuah predicament yang menuntut kesabaran dan ketabahan untuk menghadapi banyak hal-hal yang tidak diperkirakan sebelumnya.Reformasi budaya memerlukan “ synergic effect” antara berbagai elemen masyarakat.

Reformasi budaya bukanlah sebuah teori yang linier atau sebuah resep baku, tetapi drama kehidupan yang banyak memberikan ketakutan dan sekaligus harapan. Bila ketakutan dapat dikendalikan maka ketakutan itu akan berubah menjadi sebuah enerji yang membangkitkan kehidupan yang disebut mukjizat.

KEJAHATAN KARTU KREDIT

Di Indonesia sejak dua dekade terakhir ini, penggunaan Kartu Kredit sudah mulai populer. Ada Kartu Kredit Bank Central Asia ( BCA ) , Dinner’s Club, City Bank, Bank Internasional Indonesia (BII) dan lain-lain. Melihat kecendrungannya, perkembangan Kartu Kredit ke depan akan makin meningkat. Kartu Kredit merupakan sebuah gaya hidup dan bagian dari komunitas untuk dapat dikategorikan moderen. Kartu Kredit dapat mengatur pola hidup menjadi lebih efisien, namun dapat pula menjurus kea rah konsumtif.
Kartu kredit merupakan salah satu bentuk usaha jasa Bank dalam perekonomian moderen yang menawarkan berbagai kemudahan kepada pelanggannya, kartu kredit lebih praktis, ringan, luwes dan ringkas. Institusi keuangan ini, kini berlomba untuk menawarkan Kartu Kredit kepada masyarakat karena memberikan keuntungan yang sangat besar bagi perusahaan.Dewasa ini, transaksi dengan menggunakan Kartu Kredit sudah berlangsung secara intensif walaupun tidak menggeser penggunaan uang cash. Dilihat dari segi keamanan , penggunaan Kartu Kredit memang lebih aman, karena orang tidak perlu membawa uang kontan, kemana dia pergi. Membawa uang kontan lebih beresiko dan tidak aman, bila terjadi tindak kejahatan sulit melacaknya. Disamping itu, penggunaan Kartu Kredit juga dapat menghindari manipulasi cek, (cek kosong), penodongan dan kejahatan lainnya.
Di kalangan masyarakat berpenghasilan menengah, Kartu Kredit dijadikan sebagai sumber utang yang mudah diperoleh. Para pengguna hanya perlu membuat permohonan atau penawaran dan bisa berbelanja sekehendak hati selagi tidak melebihi batas nominal yang ditetapkan.
Dibalik kemudahan yang diberikan Kartu Kredit, kejahatan kartu kredit memperlihatkan pula wajah yang beragam. Sering kita mendengar dan membaca di media massa bahwa banyak terjadi penyalahgunaan Kartu Kredit, sehingga merugikan bank penerbit Kartu Kredit dan pemegang kartu kredit. Modus operandi kejahatan Kartu Kredit sangat luas dan banyak pintunya, seperti pencurian atau pemalsuan kartu kredit, hingga sampai dalam bentuk yang tercanggih dewasa ini, yaitu dengan cara menggunakan alat yang disebut skimmer , yakni melakukan pencurian data nasabah.
Sering kali terdengar tentang kejahatan yang menggunakan Kartu Kredit atau pemalsuan Kartu Kredit dengan berbagai cara seperti Kartu Kredit yang hilang (lost/stolen card), Kartu Kredit palsu (counterfeit card) mengubah Kartu Kredit dengan Kartu putih (white plastic). Ada pula kejahatan penggunaan kartu kredit via internet dan ada juga kejahatan yang dilakukan dalam peredaran kartu kredit. Semua kejahatan ini membuat kartu kredit sebagai salah satu usaha Bank dalam perekonomian moderen memiliki dampak negative yang merugikan masyarakat.
Penggunaan Kartu Kredit di Indonesia meningkat terus, apalagi pada waktu hari libur nasional seperti lebaran, Natal, dan Tahun Baru biasanya ikut menaikkan frekuensi transaksi kartu kredit sampai 30 persen dibandingkan dengan hari normal. Jumlah pemegang Kartu Kredit tumbuh secara signifikan setiap tahun dan Bank – Bank penerbit kartu kredit berlomba untuk menarik nasabah.
Di tengah kancah persaingan yang menguras energi, para penerbit kartu kredit masih menghadapi musuh bersama yaitu kejahatan kartu kredit. Yang dirugikan di sini tak hanya nasabah yang kartu kreditnya dibobol tetapi juga bank penerbit kartu kredit,kredibilitas bank penerbit kartu kredit dipertaruhkan. Disamping itu, kejahatan Kartu Kredit bukan hanya mengancam industri Kartu Kredit itu sendiri tetapi juga industri lain, seperti pariwisata. Tingginya tingkat kejahatan Kartu Kredit dapat membuat banyak pihak takut menggunakan Kartu Kredit mereka di Indonesia. Hal ini akan mengurangi pendapatan devisa negara.
Kejahatan Kartu Kredit terus meningkat sulit diungkap, karena modus operandi penjahatnya semakin canggih. Pengakuan seorang mantan pelaku kejahatan Kartu Kredit yang disebut carder di Televisi beberapa waktu yang lalu cukup mengagetkan. Seorang lelaki muda asal kota gudeg yang wajahnya disamarkan mengaku beberapa kali berhasil memesan barang-barang mewah mulai dari laptop, kamera digital sampai kendaraan roda empat dari berbagai toko maya di luar negeri tanpa beranjak dari layar monitor kusam di sebuah warung internet yang terletak di gang sempit. Dengan hanya bermodalkan secarik kertas berisikan beberapa nomor kartu Kredit milik orang yang didapat dari seseorang kenalannya di mailing list (milis), ia melakukan aksinya. Selanjutnya, dengan lancar ia pun membeberkan modus operandinya itu termasuk kerja samanya dengan oknum kurir dan aparat kepolisian untuk memperlancar proses pengiriman barang.
Kejahatan Kartu Kredit di Indonesia cenderung meningkat, bahkan sudah sampai pada tahap yang mencemaskan. Mengikuti informasi di berbagai media terlihat bahwa sudah banyak korban atau konsumen yang mengalami kerugian terhadap kejahatan tersebut . Berdasarkan data dari internet tercatat bahwa dari sekitar 5,5 juta pemegang kartu kredit di Indonesia (data tahun 2004) dengan nilai transaksi Rp37,6 triliun, kerugian yang dialami konsumen terhadap penjebolan kartu kredit tersebut mencapai Rp 40 miliar, dan angka tersebut meningkat setiap tahunnya. Sehubungan dengan itu, kejahatan kartu kredit sudah perlu mendapat perhatian hukum agar tidak mengancam industri Kartu Kredit itu sendiri dan juga industri lain, seperti pariwisata. Tingginya tingkat kejahatan Kartu Kredit dapat membuat banyak pihak takut menggunakan Kartu Kredit mereka di Indonesia. Hal ini akan mengurangi pendapatan devisa negara.

HATI NURANI BICARA

Dewasa ini semua berubah. Alam berubah dan nilai-nilai berubah. Kebenaran menjadi abu-abu dan bersifat relatif. Kenyataan menawarkan wajah yang beragam. Benar dan salah tersembunyi dibalik lapisan-lapisan tafsir yang bisa dikupas dari berbagai sudut pandang. Akhirnya tindakan kita hanya dapat dihakimi oleh HATI NURANI .
Kini manusia mengalami disorientasi nilai, karena banyak nilai-nilai yang ditawarkan baik oleh Liberalisme maupun gaya hidup moderen, yaitu kapitalisasi kehidupan dan moneterisasi moral. Dalam disorientasi itu, bertanya HATI NURANI, dan dalam kapitalisasi kehidupan dan moneterisasi moral, HATI NURANI harus bicara !.
Manusia selalu berperang dengan sesamanya dan dengan dirinya. Saat masalah sudah demikian kompleks, pengadilan terakhir ada pada HATI NURANI. Bila hati nurani masih jujur, kita akan dibimbing ke jalan yang lurus. Tetapi bila hati nurani sudah mati, maka kita akan disetir oleh nafsu yang sangat pintar berkelit dan bersembunyi dibalik dalih-dalih.
Negeri kita kini seperti tidak berdaya. Rakyatnya rawan Bencana. Pengangguran dan kemiskinan merajalela. Banyak rakyat putus asa dan menjadi gila atau bahkan bunuh diri. Jutaan anak tidak mampu sekolah dan kurang gizi. Dana negara banyak yang dikorupsi. Para perempuan terpaksa mengadu nasib di negeri orang menjadi TKI dengan penuh derita dan sakit hati. Maka kini sudah saatnya menggunakan HATI NURANI dalam mengurus negeri. Dengan hati nurani berbagai kecurangan, ketidakjujuran dan keserakahan dapat diakhiri.